13-14 PEBRUARI 2014
PAMERAN SENI DAN SASTRA 'ABORSI' : TANDA SEBUAH AKHIR
PKM Lt2 IKIP PGRI Semarang
ABORSI : TANDA SEBUAH AKHIR
Sebuah ultimatum kegelisahan dalam pameran seni rupa karya Ahmad Rofiq
Abortus adalah istilah terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi
hidup (sebelum habis bulan keempat dari kehamilan), atau bernama lain
keguguran. Ya, abortus tidak lain adalah kata serapan yang menjadi kosa
kata Bahasa Indonesia: aborsi. Beranjak dari asal kata: sebuah berita
tanggal 7 November 2013 pada peringatan Hari Kependudukan se- Dunia,
membawa kabar bahwa Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki- Moon menyatakan
dalam data statistik PBB terdapat sebanyak 16 juta gadis remaja yang
berusia di bawah 18 tahun melahirkan setiap tahun. Sebanyak 3,2 juta
remaja lagi menjalani aborsi yang tidak aman. Di Indonesia sendiri versi
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
memperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta
jiwa. Bahkan, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja.
Tingginya angka aborsi di kalangan remaja ini seringkali dikaitkan
dengan kebebasan seks dan kegagalan KB. Beriringan dengan munculnya
data-data tersebut, pro kontra pun muncul menyangkut esensi aborsi.
Mereka yang mendukung aborsi beranggapan dengan alasan masa depan dan
aib serta beban yang akan ditimpa oleh remaja tersebut pun calon
anaknya. Mereka yang menolak aborsi beralasan pentingnya aturan agama,
kesadaran moral atau pun kesehatan.
Beragam tanggapan muncul terkait
polemic berkepanjangan tersebut, seorang seniman muda: Ahmad Rofiq
turut menyambung polemic tersebut melalui penyematan kegelisahan dalam
dirinya. Berlatar belakang pengalaman rekan dekatnya yang pernah
bersinggungan dengan persoalan tersebut, Rofiq mencoba untuk
menerjemahkan persoalan terdekat itu melalui eksplorasi karya seni rupa
kontemporer. Tanpa membawa banyak pundi darimana bab persoalan ini
berasal, Rofiq hanya focus pada bagaimana keberanian dan kreativitas
dalam berkarya itu dituntaskan melalui pameran.
Tentunya
apresiasi patut dijunjung tinggi atas kesadaran seorang seniman muda
yang ingin memaparkan lewat sejumlah karya senirupa kontemporer.
Alih-alih, persoalan controversial ini merupakan persoalan bersama yang
patut mendapat perhatian oleh semua kalangan. Dalam lingkaran
berkesenian: seniman, penghayat seni, dan penikmat seni semestinya
memiliki sinergisitas supaya seni berfungsi bagi masyarakat dan seni itu
sendiri. Dengan demikian, bentuk empati yang kreatif diharapkan dapat
muncul dalam upaya penyelesaian segala macam persoalan.
Lantas,
bagaimana kita mesti memaknai persoalan yang lama-lama jadi kelindan di
tengah persoalan berbau moral lainnya? Oke. Kita mesti terlebih dahulu
mempunyai kegelisahan semacam ini. Terlebih dahulu merasakan apa yang
digelisahkan oleh Rofiq melalui karya-karya yang akan dipamerkannya,
sebelum dinyatakan dalam wujud tindakan. Maka baiklah kita merayakan
“Tanda Sebuah Akhir” sampai barangkali kita bias menaja suatu persoalan
hidup seperti Chairil:
“hidup hanya menunda kekalahan
Tambah jauh dari cinta sekolah rendah…”
Selamat Merayakan!
Link : https://www.facebook.com/events/256356917867562/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar